-->

Iklan 728x90

Kronologi Konflik Arab Saudi vs Iran

Arab Saudi vs Iran
Ketegangan antara Arab Saudi dengan Iran kembali memuncak usai eksekusi mati seorang ulama Syiah terkemuka, Nimr Baqr al-Nimr. Kedua negara ini sebenarnya mulai bersitegang sejak revolusi pecah di Iran tahun 1979 silam.

"Iran dan Arab Saudi bukanlah sekutu ataupun musuh sejak awal, namun memiliki persaingan yang sejak lama berkompetisi sebagai produsen minyak terbesar dan masing-masing mengklaim sebagai pembela Islam Syiah dan Sunni," terang Profesor Mohsen M Milani yang mengajar Ilmu Politik pada University of South Florida dalam analisisnya untuk CNN pada tahun 2011 lalu dan dilansir CNN, Selasa (5/1/2016)

Gara-gara masalah eksekusi ini juga, warga Iran menggelar protes massal, berujung pada pembakaran kedutaan Saudi di Ibu Kota Teheran. Hal ini kemudian memicu putusnya hubungan diplomatik kedua negara.
Bisakah ketegangan ini kemudian memicu perang di kawasan? Penganut Syiah yang bergolak tak cuma Iran. Warga Syiah di Bahrain, Yaman, dan Irak juga ramai mengecam Saudi yang menganut mazhab Sunni.
Jika dirunut kembali, Arab Saudi dan Iran sejak lama menjalin diplomatik yang rumit, dilandasi saling curiga, persaingan, serta permusuhan. Pemicunya tak sekadar perbedaan mazhab Islam.

Bermula dari 1979, saat itu penguasa Arab Saudi terperanjat menyaksikan Raja Shah Mohammed Reza Pahlevi digulingkan ulama Muslim Syiah. Atas kekalahan itu, Iran menyatakan Revolusi Islam mereka.
Karena 'ngambek' dengan Iran, Saudi kemudian mendukung Irak dalam perang Iran-Irak pada 1980-1988. Warga Iran protes, sebab Saudi membolehkan Irak menggunakan senjata kimia.
Hubungan diplomatik kedua negara ini terus memburuk dan hampir mencapai puncaknya pada 1987. Kala itu, 275 orang Iran tewas dalam bentrokan di Tanah Suci, Makkah dari total korban 402 jamaah.
Bentrokan itu membuat massa Iran menduduki Kedutaan Saudi dan membakar Kedutaan Kuwait. Seorang diplomat Arab tewas lantaran jatuh dari jendela kedutaan akibat serangan itu. Serangan itu menghasilkan putusnya hubungan diplomatik kedua negara oleh Raja Arab Saudi Fadh bin Abdulaziz Al Saud.
Setelah hampir 10 tahun bergejolak, akhirnya pada 1997, Raja Abdullah mengunjungi Iran untuk melakukan pertemuan Islam pada Desember 1997. Ini merupakan hal terbesar yang dilakukan Arab Saudi usai Revolusi Islam.
Kunjungan Raja Abdullah pada akhir tahun 1997, disambut baik dengan bertandangnya Presiden Iran Mohammad Khatami pada 1999. Khatami merupakan ulama Syiah yang berusaha untuk memulihkan hubungan kedua negara sejak iya menang telak pada pemilu 1997.
Hubungan kedua negara menjadi lebih baik usai pada 2001, Raja Fahd memberi selamat atas kemenangan Khatami dalam pemilu untuk kedua kalinya.

ejolak mulai muncul setelah mayoritas Syiah di Irak menggulingkan Saddam Hussein yang mengakibatkan pergeseran politik Iran. Saudi semakin ketakutan dengan negara ini sejak program energi nuklir milik Iran dijalankan oleh Presiden Mahmoud Ahmadinejad.
Saudi mengungkapkan pada utusan Iran pada 2007 bahwa Iran menempatkan Negara-negara Teluk dalam bahaya lantaran program nuklir dan referensi konflik Republik Islam dengan Amerika Serikat atas Irak.
Arab kemudian mengirim pasukan pada 2011 untuk membantu Bahrain meredam massa yang protes pro-demokrasi. Bantuan ini ditujukan lantaran Saudi takut

Pada tahun yang sama, Raja Abdullah juga mengambil sikap keras terhadap Iran atas program nuklirnya. Dan menuduh beberapa Syiah di Provinsi Timur, termasuk Nimr, bekerja sama dengan pihak asing untuk melakukan tindakan terorisme.
Saling tuduh menuduh ini masih berlanjut hingga pada 2015 lalu, ketika Arab Saudi mulai ketakutan dan memulai kampanye militer di Yaman untuk menghentikan Houthi. Houthi sendiri merupakan pemberontak Syiah, yang bersekutu dengan Iran.
Arab Saudi menuduh Iran menggunakan milisi untuk melancarkan kudeta, sementara Iran menuduh Negeri Petro Dolar menargetkan warga sipil dalam serangan udara mereka.
Gemuruh berkepanjangan kedua negara bahkan disebutkan oleh beberapa ahli bisa menimbulkan perang, bahkan perang dunia III. Pasalnya, Arab Saudi kembali memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran dan bisa memicu hal lebih buruk terjadi.

Iran dan Arab Saudi mungkin memang musuh alami. Selain sama-sama berebut minyak, keduanya juga saling berebut kekuasaan di Timur Tengah. Kedua negara ini juga masih merupakan pemerintahan Islam yang terkuat di Timur Tengah. Masing-masing memiliki pengaruh yang besar terhadap pengikutnya di kawasan.

 Sumber: merdeka.com

0 Response to "Kronologi Konflik Arab Saudi vs Iran"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel