-->

Iklan 728x90

Sumbangan bagi Ilmu Sejarah

ilmu sejarah
Sumbangan Ilmu Sejarah
Ilmu memberi konsep 
Ilmu di anggap memberi konsep karena sejarah pada umumnya  memakai bahasa sehari-hari, ia memerlukan sumbangan berupa konsep. Kalau kita mendengar ungkapan yang berbunyi “petani itu memberikan pisang kepada para gerilyawan” kata petani merupakan tanda yang menunjuk pada petani yang konkret, yang sehari-hari dapat kita lihat disawah, dengan baju dan celana hitam, dengan cangkul, topi lancip, dan sedang berkeringat. Akan tetapi kata “petani” pada “pemberontakan petani pada abad ke-19 di pimpin oleh ulama” menunjukkan petani pada umumnya yang abstrak. Dengan kata lain petani dalam ungkapan tersebut adalah sebagai konsep suatu obsevational karena petani dapat diamati. Lain halnya dengan intelectual concept seperti liberalism, cita-cita kemajuan, Nasionalisme, romantik dan demokrasi. Disebut intelektual karena hanya dapat dimengerti dan difikirkan.

Memberi sifat sinkronis
Sejarah peda dasarnya merupakan ilmu yang bersifat diakronis, yang memanjang dalam waktu tertentu, tetapi dalam ruang yang sempit. Ketika sejarah bersentuhan dengan ilmu sosial, sejarah menjdi ilmu yang sinkronis. Artinya selalu memanjang dalam waktu tertentu, lalu sejarah akan melebat dalam ruang. Jadi dengan sumbangan ilmu, sejarah selain ilmu diakronis namun juga sinkronis.
Misalnya dalam sejarah politik, biasanya sejarah akan mengkrontuksikan masa lampau dengan melihat pada perkembangan partai-partai politik. Akan tetapi sekarang sejarah juga dapat berbicara tentang hubungan partai politik dengan sistem status dan kelas yang diambi dari sosiologi. Juga sejarah politik bisa juga menghubungkan partai dengan masyarakat desa dan masyarakat kota.

Sejarah Sebagai Seni
Sejarah Memerlukan Intuisi
Dalam memilih topik sejarawan sering tidak bisa mengandalkan ilmu yang dimiliki. Ia akan memerlukan ilmu sosial dalam menentukan sumber apa saja yang harus dicari, demikian pula dalam interpretasi data. Akan tetapi, sejarawan juga memerlukan intuisi atau ilham, yaitu pemahaman langsung dan instiaktif selama masa penelitian berlangsung.
Sering sejarawan merasa tidak tidak sanggup untuk melanjutkan tulisannya, terutama kalau itu berupa deskripsi atau penggambaran peristiwa. Pada saat sejarawan tidak mengetahui apa-apa maka yang di perlukan adalah intuisi. Untuk mendapatkan intuisi sejarawan harus bekerja keras di bantu dengan data-data yang ada.

Sejarawan memerlukan imajinasi
Dalam pekerjaannya sejarawan harus dapat membayangkanapa yang  sebelumnya terjadi, apa yang sedang terjadi, dan apa yang akan terjadi setelahnya.

Sejarah Memerlukan Emosi
Pada penulisan sejarah zaman Romantik, yaitu pada abad ke-18 akhir dan abad ke 19 awal, sejarah dianggap sebagai cabang ilmu sastra. Akibatnya sejarawan disamakan dengan penulis sastra, artinya penulis sejarah harus dengan keterlibatkan emosional.
Dalam seharah Refolusi kita, Sejarah perang, dan sejarah pemadaman pemberontakan belum ada sejarah semacam itu. Padahal penulisan sejarah dengan emosi tapi tetap fokus pada fakta sangat penting untuk pewarisan nilai sejarah itu sendiri.

Sejarah memerlukan gaya bahasa
gaya bahasa yang baik, tidak berarti gaya bahasa yang penuh berbunga-bunga. Gaya bahasa yang berbelit-belit dan tidak sistematis merupakan bahasa yang jelek. Dalam penulisan sejarah, deskripsi itu seperti melukis secara naturalis, yang diperlukan ialah kemampuan menulis detail.

Kritik Kepada Sejarah Sebagai Seni 
Sejarah akan kehilangan ketepatan pada objektivitasnya. Ketepatan dan objektivitas sangat penting dalam penulisan sejarah. Ketepatan yaitu kesesuaian antara fakta dan tulisan sejarah dan objektifitas yaitu tidak adanya pandangan yang individual, adalah dua hal yang menimbukan kepercayaan kepada sejarawan. Akan tetapi kesan keberadaan dua hal tersebut akan hilang jika sejarah menjadi seni. Seni itu hasil imajinasi, sedangkan sejarah berdasarkan fakta. Memang sejarawan harus hafal dengan fakta-fakta yang ada, namun tugas sejarawan sebenarnya adalah rekontruksi. Sejarah yang terlalu dekat dengan seni dapat dianggap telah memalsukan fakta. Sejarah akan kehilangan ketepatan dan objektifitasnya.

Sejarah akan terbatas
Hanya sejarah tertentu yang dihasilkan bila sejarah dianggap hasil seni. Tena-tema sejarah yang penting, seperti sejarah ekonomi dan sejarah kuantitatif, yang menyuguhkan angka-angka dan analisis tidak akan ditulis. Sejarah akan terbatas pada apa yang dapat dideskripsikan. Tulisan sejarah akan penuh gambaran tentang perang dan biografi yang penuh sanjungan.

Sumbangan Seni
Seni memberikan karakterisasi
Seni sastra dapat menyumbangkan miliknya yang berupa karakterisasi pada biografi. Sejarawan mungkin tidak terlalu sadar bahwa ia harus menggambarkan watak orang dalam deskripsinya. Sejaawan yang berhubungan dengan peristiwa, tidak begitu peduli dengan watak orang.
Seni memberi sruktur
Kebanyakan sejarawan tidak menyadari pentingnya srtuktur atau alur dalam tulisannya.sekalipun alur dalam sastra berbeda dengan alur pada sejarah,  sejarawan sering tergesa-gesa menulis mengenai krisis dan solusinya tanpa memperkenlakan pendahuluannya.


DAFTAR PUSTAKA

Dr. Kuntowijoyo. 1995. Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya

0 Response to "Sumbangan bagi Ilmu Sejarah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel